Taksonomi Bloom, ya istilah ini tentu sangat melekat di benak sanubari para pendidik di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Jelang peringatan Hari Pendidikan di Indonesia, berikut saya posting artikel tentang Taksonomi Bloom, yang kali ini sudah mengalami revisi.
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani "tassein" yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi (http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy).
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. B enjamin S. Bloom amat populer di kalangan pendidikan dengan taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual/”intellectual behavior”) yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa; mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis).
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:
Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.
Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Dahulu kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6.
Klasifikasi hirarkhis itu masih digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali baru dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkhis yang dulu digunakan dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut,yaitu dimensi proses kognitif.
Perubahan terjadi pada aras (level) 1 yang semula sebagai “knowledge” (tahu, “ketahuan”–) berubah menjadi “remembering” (mengingat).
Perubahan terjadi juga pada level 2, yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi “understanding” (paham, memahami). Level 3 diubah sebutan dari “application” menjadi “applying” (menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan dari “analysis” menjadi “analysing” (menganalisis).
Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan berikut ini.
Tingkatan Ranah Lama Baru/dimensi proses kognitif
C1 Knowlwdge Remember
C2 Understand Understand
C3 Apply Apply
C4 Analyze Analyze
C5 Aynthesis Evaluate
C6 Evaluate Create
Tabel di atas menunjukkan secara singkat perbedaan C1 sampai dengan C6 secara singkat.
Hal yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam taksonomi Bloom,yaitu dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif dibedakan pula secara hirarkhis menjadi empat kategori yaitu: pengetahuan faktual,pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,serta pengetahuan metakognitif.
Berdasarkan dua dimensi tersebut ranah kognitif dapat dibuatkan tabel yang memadukan dua dimensi tersebut. Dan inilah bagian yang paling sulit dalam mengklasifikasikan ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi ini.
Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom
Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini
Mengingat : mengurutkan, menjelaskan,mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb.
Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah dsb.
Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa prinsip didalamnya adalah :
Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui
Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama diubah posisisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari “evaluation” menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis” (pemaduan) hilang, tampaknya dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).
Jadi taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6): remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Gambaran perubahannya tampak seperti dilukiskan “A Big Dog …” berikut.
Penjabaran masing-masing level itu sebagai berikut.
1.0. Remember (retrieving relevant knowledge from long-term memory)–mengingat (memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang);
1.1. Recognizing (mengenali lagi)
1.2. Recalling (menyebutkan kembali)
2.0. Understand (determining the meaning of instructional messages, including oral, written, and graphic communication– paham, memahami (menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar)
2.1. Interpreting (menafsiri, mengartikan, menerjemahkan)
2.2. Exemplifying (memberi contoh)
2.3. Classifying (menggolong-golongkan, mengelompokkan)
2.4. Summarizing (merangkum, meringkas)
2.5. Inferring (melakukan inferensi)
2.6. Comparing (membandingkan)
2.7. Explaining (memberikan penjelasan)
3.0. Apply (carrying out or using a procedure in a given situation)–menerapkan (melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu)
3.1. Executing (melaksanakan)
3.2. Implementing (menerapkan)
4.0. Analyze (breaking material into its constituent parts and detecting how the parts relate to one another and to an overall structure or purpose)–analisis (menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu)
4.1. Differentiating (membeda-bedakan)
4.2. Organizing (menata atau menyusun)
4.3. Attributing (meneteapkan sifat atau ciri)
5.0. Evaluate (making judgments based on criteria and standards–evaluasi atau menilai (menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu)
5.1. Checking (mengecek)
5.2. Critiquing (mengkritisi)
6.0. Create (putting elements together to form a novel, coherent whole or make an original product)–mencipta (memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil)
6.1. Generating (memunculkan)
6.2. Planning (merencanakan, membuat rencana)
6.3. Producing (menghasilkan karya).
Artikel dapat juga dibaca di : http://kolompenaimajiner.wordpress.com/
makasih artikelnya, sangat bermanfaat bagi saya, karena seorang pendidik memang harus paham betul tentang Taksomi Bloom itu
BalasHapusterima kasih juga Bapak atas kunjungannya ke blog saya, semoga bermanfaat bagi Bapak dan anak didik Bapak.
Hapusartikelnya menarik dan bagus, kalau boleh tau sumber buku dari artikel ini dari buku apa y?
BalasHapus