BEBERAPA saat lagi kita semua akan mengakhiri dan menutup segala apa yang telah kita pikir, rencanakan, dan kerjakan di tahun 2011. Apa yang telah kita rencanakan ada yang sudah sesuai harapan. Ada juga yang belum. Tapi juga ada yang telah melebihi dari harapan. Ada keceriaan, ada pula kesedihan. Ada keberhasilan tapi ada pula kegagalan. Ada sukacita ada pula kepedihan. Apa yang terjadi merupakan sebuah dinamika kehidupan. Kita tak kuasa menolak atau menawarnya. Yang terjadi biarlah terjadi. Kita alami semua yang terjadi terhadap diri kita sebagai sebuah TUGAS MULIA dari Sang Empunya Kehidupan, Sang Pencipta Yang Maha Agung. Tapi yang terjadi apa? Dalam menghadapi sesuatu kita sering kali marah, menyalahkan orang lain, menganggap Tuhan tidak adil.
Ada seorang teman menuliskan begini:
Hidup ini kadang sulit dimengerti,
Dalam bersahabat, banyak teman kadang membuat repot,
sedikit teman kadang repot juga,
Tak bisa dipungkiri,
kita sering dibuat jengkel oleh persahabatan.
Ketika ada teman yang membutuhkan bantuan kita,
dia selalu pengen dibantu terus, dinomorsatukan,
selalu mendapat prioritas.
Jika tidak maka dia akan mengatakan
'ah kamu tidak solider'
Tapi suatu saat kita yang butuh bantuan dia,
eee...apa yang terjadi???
Dengan santainya dia mengatakan...
saya repot, tidak ada waktu,
saya sibuk sekali hari ini...maaf ya...
Inikah yang namanya persahabatan?
ketika dia yang butuh, dia merengek minta belaskasihan kita.
Giliran kita yang butuh, dia seenaknya memberi alasan.
Rasanya egois ya....
Belum lagi begini...
dalam bersahabat melihat siapa orangnya.
Kalau dia orang (atau keturunan orang yang) terpandang, mampu, punya kedudukan,
pasti dech berlomba berteman.
Apa-apa pasti nomor satu, selalu ada waktu untuk dia.
tapi bagaimana dengan orang yang tak punya (tak punya kedudukan, tak punya kemampuan, tak punya....???)
Nanti dulu yachhh. Begitu alasannya.
Meskipun benar sekalipun yang mengatakan orang yang tak punya segalanya, pastilah enggak bakalan didengarkan. Jangankan sampai dilaksanakan, yang terjadi malah cibiran sinis. Sebaliknya jika yang mengatakan teman yang punya segalanya, meskipun salah besar dan salah total, pasti akan banyak yang percaya.
Rasa-rasanya apa yang dikatakan teman tadi ada benarnya. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang dikatakan teman tadi memang tak salah. Kita semua pasti mengalaminya. Hanya kadarnya yang berbeda satu sama lain. Teman, marilah kita merefleksi apa yang telah terjadi setahun silam. Jangan kita mengeluh. Tak ada gunanya kita berkeluh kesah. Kita orang beriman. Kita tak sekedar orang beragama, tapi beriman. Ya mau gimana lagi. Dunia sekarang beda dengan beberapa waktu silam. Kini banyak orang yang merasa dirinya yang ter...padahal tidak, itu hanya karena gengsi semata. Ada teman kita yang telah terjebak dalam dunia yang individualis, sehngga memunculkan gejala egois, hedonis, materialis, hilangnya simpati bahkan empati, bahkan dengan keluarga orang terdekatnya sekalipun. Harta dunia yang penuh glamour jadi ukuran utamanya. Tapi rasa kemanusiaan sudah berkurang.
Bagaimana refleksi kita? Marilah kita berkaca pada diri sendiri. Siapakah kita? Seperti apakah kita kemarin, kini, dan esok? Kita hanyalah sebutir debu kecil di mata Tuhan. Debu yang tiap saat diterpa angin terbuang jauh. Ucapan, kata hati, pikiran, dan kelakuan, apakah sudah sejalan? Hanya Tuhan yang tahu. Marilah kita tetap hidup sebagai mahkluk ciptaanNya termulia, senantia BERSYUKUR atas apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kita. Tak ada suasana damai, indah selain suasana hati yang nyaman, damai tenteram penuh kasih. Marilah kita mengakhiri segala hiruk pikuk tahun 2011 dengan kerendahan hati, dan kita buka lembaran baru di tahun 2012 dengan penuh sukacita abadi. Kita hapus masa lalu yang gelap, kita songsong fajar baru pencerah kehidupan. Selamat tinggal tahun 2011 yang telah banyak memberi warna kehidupan, dan Selamat datang tahun yang baru 2012 dengan penuh cahaya kemuliaan. Tuhan memberkati kita, rencana kita, tindakan kita, hasil karya dan jerih payah kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar