Minggu, 30 Mei 2010

GUA MARIA SENDANG SONO

Setelah kurang lebih enam bulan tidak "ngidul", maka pada Kamis, 27 Mei yang lalu saya memutuskan untuk "ngidul" juga. Istilah "ngidul" muncul dalam keluarga saya jika ingin ke kampung halaman bapak dan ibu, yakni desa Semagung, Kalibawang, Kulon Progo, DIY. Jauh juga sich kalo dari sini. Tapi ga' masalah, kan daerah leluhur, asal muasal, cikal bakal keberadaan saya, hehehehe..... Nah di desa Semagung inilah terdapat sebuah wisata rohani yang sudah terkenal se-antero Nusantara. Yakni tempat ziarah Gua Maria Sendangsono. Tiap tahun peziarah dari berbagai daerah di Indonesia datang berkunjung ke Sendangsono untuk menyampaikan doa permohonan atau doa syukur atas keberhasilannya pada Bunda Maria. Tempatnya asri, sejuk, tenang, damai. Tak salah jika banyak umat yang datang tiap tahun ke Sendangsono. Tepat di atas gua, disitulah tempat bapak saya dilahirkan, sedang ibu masih ke arah Timur kira-kira berjarak lima km lagi, yakni Promasan. Jadi ya hampir sedesa saudara semua. Berdoa di depan gua Maria memang terasa 'dekat" dengan Bunda Maria. Doa hening, hanya ditemani suara burung kecil berkicau riang menyambut datangnya rahmat baru dan suara gemericik air sungai kecil yang mengalir di bawah gua, menambah suasana makin khusuk. Bertepatan dengan Bulan Maria (Mei), pengunjung yang datang lumayan banyak (begitulah setidaknya menurut pengamatan visual saya). Tak hanya orang tua, muda-mudi, tapi juga anak-anak. Bahkan ada juga yang bermalam. Ada beberapa tempat penginapan sederhana yang dapat ditempati. Bagi kawula muda mungkin lebih senang menempati gazebo panggung yang disediakan pengelola (ato lagi dalam rangka penghematan ongkos pengeluaran, hehe....). Sendangsono memang mempunyai daya tarik tersendiri yang tak dimiliki gua tempat ziarah lain. Selain sebagai tempat ziarah bersejarah, Sendangsono layak dijadikan tempat pengkajian keagamaan khususnya agama Katolik di Indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar